Pasien yang fungsi kekebalannya terganggu akan menghadapi risiko untuk terkena infeksi oportunis. Karena itu, preparat antibiotic akan dipreskripsikan oleh dokter, dan kemudian specimen untuk pemeriksaan laboratorium diambil serta dianalisis untuk memantau sfektifitas terapi anti infeksi tersebut.
Pasien dan perawatnya harus mempelajari tanda-tanda dan gejala infeksi oportunis yang harus segera dilaporkan kepada petugas kesehatan; tanda-tanda ini mencakup demam/panas, keluhan tidak enak badan, kesulitan bernapas, mual atau vomitus, diare, kesulitan menelan dan setiap gejala pembengkakan atau pengeluaran secret.
Gangguan bernapas merupakan komplikasi utama yang meningkatkan ketidaknyamanan serta kecemasan pasien dan dapat menimbulkan kegagalan pernapasan serta dekompensasi jantung.
Frekuensi dan pola pernapasan pasien harus dipantau, dan paru-paru diauskultasi untuk menemukan suara-suara yang abnormal. Kepada pasien diminta untuk segera melapor bila terdapat gejala sesak napas dan bertambahnya kesulitan dalam melaksanakan aktivitas yang biasa dikerjakan.
Frekuensi serta irama nadi dan tekanan darah harus dipantau. Pemeriksaan darah dilakukan untuk memantau saturasi oksigen, kadar oksigen, kadar kolesterol dan trigliserida.
Pengisapan lendir serta terapi oksigen dapat dilakukan untuk memastikan adekuasi saluran napas dan mencegah hipoksia. Ventilasi mekanis mungkin diperlukan bagi pasien yang tidak dapat mempertahankan adekuasi respirasi sebagai akibat dari infeksi paru, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ataupun kelemahan otot pernapasan.
Hasil pemeriksaan analisis gas darah arterial diperlukan untuk memandu pengaturan kerja ventilator. Jika pasien menjalani intubasi, cara yang memungkinkan komunikasi antara perawat dan orang lain harus ditentukan dahulu.
Perhatian harus diberikan untuk membantu pasien yang menggunakan ventilasi mekanis agar pasien tersebut mampu mengatasi stress yang berkaitan dengan intubasi dan bantuan ventilator.
Keharusan untuk melakukan ventilasi mekanis yang mungkin timbul harus dibicarakan sejaka awal perjalanan penyakitnya ketika pasien mesih mampu menyatakan harapannya tentang tindakan yang akan dilaksanakan pada dirinya itu.
Sindrom pelisutan dan gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit, termasuk dehidrasi, merupakan komplikasi yang lazim dijumpai pada infeksi HIV dan penyakit AIDS.
Status nutrisi dan elektrolit pasien dievaluasi dengan mamantau kenaikan atau penurunan berat badan, turgor kulit, kadar feritin, nilai hemoglobin serta hematokrit, dan kadar elektrolit.
Status cairan dan elektrolit dipantau secara terus-menerus; asupan serta keluaran cairan dan berat jenis urin dapat dipantau setiap hari jika pasien dirawat di rumah sakit dengan komplikasi.
Kulit pasien diperiksa untuk menilai kekeringan dan turgor yang adekuat. Tanda-tanda vital dimonitor untuk memantau penurunan tekanan sistolik atau peningkatan frekuensi denyut nadi pada saat duduk dan berdiri.
Tanda-tanda dan gejala gangguan elektrolit seperti kram otot, kelemahan, denyut nadi yang ireguler, penurunan status mental, mual serta vomitus dicatat dan dilaporkan kepada dokter. Kadar elektrolit serum dipantau dan semua abnormalitas dilaporkan kalau perlu.
Perawat harus membantu pasien dalam memilih jenis-jenis makanan yang akan mengganti elektrolit seperti jeruk dan pisang (kalium), keju dan sup/kaldu (natrium).
Asupan cairan sebanyak 3 L atau lebih dapat dianjurkan, jika tidak terdapat kontraindikasi, untuk mengganti kehilangan cairan akibat diare. Disamping itu, terapi untuk mengendalikan diare harus dimulai.
Jika terdapat gangguan keseimbangan cairan dan elektrlit, perawat dapat memberikan infuse cairan dan elektrolit sesuai dengan program dokter. Efek terapeutik dan efek yang merugikan dari terapi parenteral harus dipantau.