Syahdan, pada sebuah pertemuan antar aktivis pemerhati bangsa-bangsa di dunia yang diselenggarakan pada beberapa waktu lalu, telah terjadi fenomena yang cukup menarik disimak.
Pertemuan tersebut digagas untuk melakukan klasifikasi bangsa-bangsa dinilai dari relevansi antara kata (yang dibicarakan) dengan perbuatan (yang dilakukan).
- Klasifikasi pertama : Bangsa-bangsa yang sedikit bicara tetapi banyak kerjanya, antara lain; Irak, Iran, Jepang dan beberapa negara lain.
- Klasifikasi kedua : Bangsa-bangsa yang sedikit bicara tetapi sedikit pula kerjanya, terpilihlah antara lain; Israel (kalau itu kita akui sebagai negara), Papua Nugini, dan banyak negeri Timur Tengah.
- Klasifikasi ketiga : Bangsa-bangsa yang banyak bicara tetapi banyak kerjanya. Pada klasifikasi ini termasuk Amerika Serikat, Rusia dan beberapa negara adigjaya lainnya.
“Pengunjung pertemuan tersebut, dan tentunya kita, pasti sudah menduga negara kita, Indonesia, akan diklasifikasikan pada kategori keempat : Bangsa yang banyak bicara (bualannya) tetapi amat sedikit kerjanya. Iya bukan?”
TERNYATA TIDAK!
Bangsa Indonesia ternyata tidak dimasukkan dalam salah satu kategori/klasifikasi di atas. Lantas, dimanakah posisi kita? Ternyata perlu ditambahkan lagi satu klasifikasi istimewa sebagai pengecualian bagi Indonesia, yaitu :
BANGSA YANG LAIN BICARANYA, TETAPI AKHIRNYA LAIN PULA YANG DIKERJAKANNYA!