Pengkajian
Informasi mengenai tingkat pendidikan pasien, pekerjaan, kegiatan rekreasi, latar belakang budaya, agama dan interaksi keluarga harus didapat secara dini.
Konsep-diri, status mental, respons emosional terhadap luka bakar serta perawatan dirumah sakit, tingkat fungsi intelektual, perawatan rumah sakit yang sebelumnya, respons terhadap rasa nyeri serta tindakan untuk meredakan nyeri dan pola tidur, juga merupakan komponen yang esensial dari suatu pengkajian yang komprehensif.
Informasi tentang konsep-diri pasien secara umum, penghargaan terhadap dirinya serta strategi koping di masa lalu akan berguna dalam memenuhi semua kebutuhan emosional.
Pemeriksaan jasmani yang perlu dilakukan sehubungan dengan tujuan rehabilitasi mencakup latihan rentang gerak pada persendian yang terkena luka bakar, kemampuan fungsional dalam aktivitas hidup sehari-hari, tanda-tanda dini rupture kulit akibat bidai atau alat pengatur posisi, bukti adanya neuropati (kerusakan neurologi), toleransi terhadap aktivitas dan kualitas atau kondisi kulit yang tengah sembuh.
Partisipasi pasien dalam perawatan dan kemampuannya untuk memperlihatkan keperawatan-mandiri seperti ambulasi, makan, pembersihan luka serta pemasangan verban tekan harus dicatat secara teratur.
Di samping semua parameter pengkajian ini, komplikasi dan penanganan yang spesifik memerlukan pengkajian tambahan yang spesifik pula; sebagai contoh, pasien yang akan menjalani eksisi primer memerlukan pengkajian pascabedah.
Pemulihan dari luka bakar meliputi setiap system tubuh, sehingga pengkajian terhadap pasien luka bakar harus bersifat paripurna (komprehensif) dan berkelanjutan.
Skala prioritas akan bervariasi pada berbagai waktu yang berbeda dalam fase rehabilitasi. Pemahaman tentang respon patofisiologi terhadap luka bakar akan membentuk kerangka kerja untuk mendeteksi progresivitas dini atau tanda-tanda dan gejala komplikasi. Deteksi dini akan menghasilkan intervensi yang dini dan meningkatkan potensi kearah rehabilitasi yang berhasil.