Meskipun penyakit reumatik menjangkiti segala usia mulai dari usia bayi hingga anak-anak, remaja dan dewasa, penyakit artritis sering di anggap sebagai akibat penuaan yang tidak terelakkan oleh pasien, keluarga dan masyarakat sebagai satu kesatuan.
Banyak lansia yang mengira dan menerima imobilitas serta masalah perawatan mandiri yang berhubungan dengan penyakit reumatik, dan tidak mencari bantuan karena menganggap tidak ada satu pun yang bisa dilakukan.
Diagnosis yang cermat dan terapi yang tepat dapat memperbaiki kulaitas hidup lansia yang menderita artritis. Walaupun demikian, penyakit reumatik benar-benar membawa implikasi khusus bagi orang dewasa yang berusia lanjut.
Pada pasien-pasien yang berusia lanjut, kondisi medis lainnya mungkin didahulukan; artritis sering dijadikan diagnosis sekunder yang memperoleh perhatian urutan kedua.
Pada kasus semacam ini, perawat dapa tmemainkan peranan yang penting dalam mengenali dampak artritis terhadap gaya hidup pribadi, kemandirian dan keadaan akut atau kronik lainnya.
Frekuensi, pola awitan, gambaran klinis, beratnya penyakit dan dampaknya terhadap fugsi dari penyakit reumatik pada pasien-pasien berusia lanjut mungkin berbeda dengan pada pasien-pasien yang sangat tua.
Sebagian penyakit reumatik lebih prevalen dengan semakin lanjutnya usia (osteoartritis); yang satu hanya terdapat pada orang tua (polimialgia reumatika); dan sebagian lainnya mungkin tidak begitu berat bagi orang tua bila dibandingkan dengan pasien yang lebih muda.
Namun demikian, osteoartritis yang merupakan keadaan yang membatasi aktivitas dan paling prevalen di antara orang-orang berusia lanjut, dapat menyebabkan lebih banyak disabilitas total di antara pasien-pasein tua dari pada banyak penyakit lain yang dianggap lebih serius (misalnya, stroke atau kanker).