Pendekatan Gerontologik Untuk Perubahan Dalam Telinga


https://www.ilmukesehatan.com/keperawatanPendekatan Gerontologik

Bersama proses penuaan, dapat terjadi perubahan dalam telinga yang kemudian dapat mengarah ke defisit pendengaran. Beberapa perubahan terjadi pada telinga luar kecuali bila serumen cenderung menjadi lebih keras dan lebih kering sehingga terjadi penignkatan kemungkinan impaksi.

 

Pada telinga tengah, membrana timpani dapat menjadi sklerotik. Telinga tengah dapat mengalami degenerasi pada sel pada dasar koklea. Tampaknya ada presdisposisi familial pada terjadinya kehilangan pendengaran sensorineural.


Manifestasinya berupa kehilangan kemampuan suara serta berfrekuensi tinggi, diikuti kemudian oleh kehilangan frekuensi menengah dan rendah.

Istilah presbiskusis dipakai untuk menerangkan kehilangan pendengaran yang progresif ini. Namun presbikusis merupakan diagnosis eksklusif, sehingga penyebab kehilangan pendengaran sensorineural lainnya harus sudah disingkirkan.

BACA JUGA:  Pendidikan dan Pertimbangan Gerontologi Pasien HIV

Tanda awal kehilangan pendengaran bisa meliputi tinitus, peningkatan ketidakmampuan mendengar pada pertemuan kelompok, dan perlu mengeraskan volume televisi.

Literatur menyatakan bahwa 25% orang berusia antara 65 dan 74 tahun dan 50% orang berusia diatas 75 tahun mengalami kesulitan pendengaran.

Penyebabnya tidak diketahui dan hubungannya dengan diet, metabolisme, arteriosklerosis,stres, dan keturunan tidak konsisten.

Faktor lain yang tidak mempengaruhi pendengaranpada populasi manula, seperti pemajanan sepanjang hidupterhadap suara keras (mis. Jet, senjata api, mesin berat, gergaji mesin).

BACA JUGA:  Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Penyakit Sistemik Lupus Eritematosus

Beberapa obat, seperti aminoglikosida dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik karena gangguan ginjal dapat menyebabkan perlambatan ekskresiobat pada manula.

Banyak manula menelan quinin untuk mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakibatkan hilangnyapendengaran.

Faktor psikogenik dan proses penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian dapat menimbulkan kehilangan pendengaran sensorineural.

Kerusakan pendengaran tidak boleh dianggap sebagai konsekuensi normal proses penuaan. Bila maslah ini terjadi, evaluasi oleh seorang ahli otologi atau ahli otolaringologi dan audiogram harus dilakukan.

Bahkan dengan perawatan medis terbaik pun, manula harus belajar menyesuaikan diri dengan berbagai tingkat kehilangan pendengaran.

BACA JUGA:  Perawatan Pasien Pemfigus Vulgaris

Perawatan manula meliputi penemuan reaksi emosional sehubungan dengan kehilangan pendengaran seperti

(1) kecurigaan terhadap orang lain akibat ketidakmampuan mendengar dengan baik,

(2) frustasi dan kemarahan, dengan pengulangan pernyataan seperti “saya tidak mendengarkan yang kau ucapkan,”dan

(3) perasaan tidak aman karena ketidak mampuan mendengar telepon atau tanda bahaya berfrekuensi tinggi akan membuat keadaan menjadi lebih buruk.

Sebaliknya, strategi seperti berbicara ke arah telinga yang gangguannya lebih ringan, menggunakan sikap tubuh, dan ekspresi wajah dapat membantu.