4 Kategori Terapi Alternatif untuk Pasien HIV


https://www.ilmukesehatan.com/keperawatanIlmu kedokteran barat tradisional  memfokuskan perhatiannya pada pengobatan penyakit. Pengobatan atau intervensi ini dianjurkan pada semua sekolah kedokteran dan digunakan oleh para dokter dalam merawat pasien-pasien mereka.

Terapi alternative dipandang sebagai cara-cara terapi yang non konvensional dan non ortodoks sehingga tidak sama seperti yang dianjarkan secara tradisional di sekolah kedokteran.

 

Terapi alternative menekankan perlunya penanganan pasien secara utuh sebagai satu kesatuan dan mengakui adanya interaksi tubuh, jiwa dan roh.


Apa yang dianggap sebagai terapi alternative dalam salah satu budaya mungkin merupakan terapi tradisional dalam budaya lain. Penggunaan terapi alternative pada infeksi HIV dan penyakit AIDS mungkin terjadi karena harapan yang keliru pada terapi medis standar yang sampai saat ini belum menghasilkan kesembuhan bagi penyakit tersebut.

BACA JUGA:  Implikasi Keperawatan HIV

Bersama dengan terapi medis tradisional, terapi alternative mungkin dapat memperbaiki kesejahteraan pasien secara keseluruhan.

   Terapi alternative dapat dibagi menjadi empat kategori:

1. Terapi spiritual atau psikologis yang mencakup terapi humor, hypnosis, kesembuhan karena iman kepercayaan  (faith healing), guided imagery dan afirmasi positif .

2. Terapi nutrisi yang mencakup diet vegetarian atau makrobiotik, suplemen Vitamin C atau beta karoten dan kunir/kunyit, (suatu umbi tanaman yang digunakan sebagai penyedap makanan) yang mengandung curcumin. Obat tradisional Cina seperti campuran herbal tradisional serta senyawa Q (ekstrak ketimun Cina) dan Monmordica  charantia (bitter melon) yang diberikan sebagai enema  juga digunakan dalam terapi alternative.

3. Terapi obat dan biologic  termasuk obat-obat yang pemakaiannya  tidak diseujui oleh FDA. Contoh terapi ini adalah Nasetilsistein (NAC), pentoksifilin (Trental) dan 1 kloro 2,4 dinitrobenzena  (DNCB). Yang juga termasuk dalam kategori ini adalah terapi oksigen, terapi ozon dan terapi urin.

BACA JUGA:  Asuhan Keperawatan Pada Masa Nifas

4. Terapi dengan tenaga fisik dan alat yang mencakup akupuntur, akupresur, terapi masase, refleksologi, terapi sentuhan, yoga dan Kristal.

Banyak pasien yang menggunakan terapi alternative tidak selalu melaporkan kepada petugas kesehatan.

Untuk mendapatkan riwayat kesehatan yang lengkap, perawat harus menanyakan penggunaan terapi alternative. Pasien mungkin harus didorong untuk melaporkan penggunaan terapi alternative kepada dokter atau petugas kesehatan yang memberikan pelayanan primer.

Masalah dapat timbul kalau pasien menjalani terapi alternative sementara turut serta dalam uji klinis obat. Mereka dapat mengalami efek merugikan yang signifikan yang mempersulit penilaian khasiat obat dalam uji klinis.

BACA JUGA:  Obat Kompleks Mycobacterium Avium dan Meningitis Pada Pasien HIV

Perawat harus memahami efek samping merugikan yang dapat terjadi dari terapi alternative. Perawat yang mencurigai terjadinya efek samping akibat terapi alternative harus membicarakannya dengan pasien.

Orang yang memberikan terapi alternative dan petugas pelayanan kesehatan primer. Hal yang amat penting bagi perawat adalah memandang terapi alternative dengan pikiran terbuka dan mencoba memahami makna terapi ini bersama pasien.

Dengan melakukan hal tersebut, komunikasi dengan pasien akan menjadi lebih baik dan kemungkinan konflik bisa dikurangi sehingga semua orang yang terlibat dalam perawatan dapat memenuhi kebutuhan pasien.