Penderita Hepatitis Di Indonesia

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi nasional hepatitis klinis sebesar 0,6 persen. Sebanyak 13 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi di atas nasional. Kasus penderita hepatitis tertinggi di provinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyakit hepatitis kronik menduduki urutan kedua berdasarkan penyebab kematian pada golongan semua umur dari kelompok penyakit menular. “Rata-rata penderita hepatitis antara umur 15 – 44 tahun untuk di pedesaan. Penyakit hati ini menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian. Sedangkan di daerah perkotaan menduduki urutan ketiga,” kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam peringatan di RS Dr Sardjito Yogyakarta, di Jalan Kesehatan.

BACA JUGA:  Penyebab Orang Bisa Meninggal Saat Tidur

Hari Hepatitis sedunia yang dipusatkan di Yogyakarta. Kota Yogyakarta yang pernah tercatat memiliki penderita hepatitis terbesar tercatat sebagai kota yang sukses melakukan vaksinasi hepatitis yang melebihi target sebesar 104,5 persen. Menurut Endang sebanyak 360 juta penduduk dunia mengidap hepatitis kronis. Sekitar 130-170 juta penduduk dunia merupakan pengidap virus hepatitis C dengan angka kematian lebih dari 350 ribu per tahun. Di Indonesia sekitar 15 juta orang menderita hepatitis B dan C yang berpotensi menderita Chronic Liver Deseases. Untuk mengurangi dan menanggulangi penyakit tersebut kata Endang, pemerintah telah melakukan upaya di antaranya pilot project imunisasihepatitis B di Pulau Lombok. Selain itu juga dilakukan program imunisasi? integrasi, yakni imunisasi hepatitis B dan program imunisasi rutin secara nasional. “Ini dilakukan dengan menyederhanakan jadwal imunisasi dengan vaksin kombinasi (vaksin hepatitis B digabung dengan DPT atau DPT/HB,” katanya.


BACA JUGA:  Perjalanan dan Imigrasi Menjadi Faktor Penularan Penyakit HIV dan Hepatitis B

Endang mengaku penyakit hepatitis masih merupakan masalah yang besar. Sebab masih rendahnya kesadaran pemahaman masyarakat dan petugas kesehatan mengenai penyakit ini. Selain itu data dan informasi serta cakupan imunisasi yang belum merata menjadi salah satu kendala. “Semua harus sadar bahwa hepatitis adalah masalah kesehatan masyarakat dunia yang perlu dicegah dan diobati secara komprehensif,” katanya. Oleh karena itu lanjut Endang, Indonesia telah mengusulkan kepada WHO agar hepatitis menjadi isu dunia dengan menetapkannya sebagai resolusi World Health Assembly (WHA) tentang viral hepatitis. Usulan tersebut diterima WHO untuk dibahas dalam sidang WHA atau majelis kesehatan sedunia ke-63 pada bulan Mei 2010 yang menetapkan tanggal 28 Juli sebagai harihepatitis sedunia.