Khitan Wanita Dari Sudut Pandang Kesehatan

Klitoris perempuan yang tak disunat dianggap membahayakan kesehatan suami. Benarkah demikian?

Dikutip dari buku ‘Khitan Perempuan: Dari Sudut Pandang Sosial, Budaya dan Kesehatan dan Agama’, banyak mitos seputar khitan perempuan yang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Apa saja mitosnya dan bagaimana pandangan dari segi kesehatan sebagai dampak jangka panjangnya?


Jangan terjebak mitos:

 

1. Khitan perempuan dianggap sebagai cara untuk menyembuhkan penyakit psikologis seperti depresi.
2. Penyunatan klitoris akan menyembuhkan perempuan dari berbagai penyakit seperti histeria dan masturbasi berlebihan.
3. Perempuan yang dikhitan seringkali dianggap mempunyai status yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak melakukannya sehingga berhak untuk memegang jabatan kekuasaan dalam agama, politik dan budaya.
4. Pemotongan klitoris seringkali dinyatakan sebagai cara untuk mencegah perilaku seks bebas karena telah menghilangkan faktor yang memicu gairah seks.
5. Sejumlah suku etnis bahkan percaya bahwa khitan dapat mempercantik perempuan
6. Perempuan yang tidak dikhitan tidak dapat hamil

BACA JUGA:  Pemeriksaan Keputihan

Sementara dari sudut pandang kesehatan, menurut buku di atas, khitan perempuan tidak ada manfaat sama sekali, justru bisa membawa dampak buruk. “Berdasarkan penelitian yang luas, khitan perempuan tak memiliki manfaat, tapi malah mengancam kesehatan, bahkan mengancam jiwa mereka,” kata salah seorang peneliti, Jurnalis Udin, yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

Untuk itu perlu diketahui juga dampak jangka panjang akibat khitan dari sudut kesehatannya:

BACA JUGA:  Contoh Senam Untuk Wanita Hamil

1. Rasa sakit berkepanjangan pada saat berhubungan seks
2. Penis tidak dapat masuk dalam vagina sehingga memerlukan tindakan operasi
3. Disfungsi seksual (tidak dapat mencapai orgasme pada saat berhubungan seks)
4. Disfungsi haid yang mengakibatkan hematocolpos (akumulasi darah haid dalam vagina), hematometra (akumulasi darh haid dalam rahim), dan hematosalpinx (akumulasi darah haid dalam saluran tuba)
5. Infeksi saluran kemih kronis
6. Inkontinensi urine (tidak dapat menahan kencing)
7. Bisa terjadi abses, kista dermoid, dan keloid (jaringan parut mengeras).