Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet-A (PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat pemberian fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang-panjang setelah kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya.
Jangan Lewatkan:
Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet-A, maka psoralen akan berikatan dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel.
PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai risiko jangka-panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit.
Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan per oral dan setelah 2 jam kemudian diikuti oleh iradiasi sinar ultraviolet gelombang-panjang dengan intensitas tinggi. (sinar ultraviolet merupakan bagian dari spektrum eletromaknetik yang mengandung panjang gelombang yang berkisar 180 hingga 400 mm).
Unit PUVA terdiri atas ruang cahaya yang berisikan lampu high-output blacklight dan sistem pemantulan eksternal. Waktu pajanan dikalibrasi menurut unit spesifik yang digunakan dan diperkirakan toleransi kulit pasien.
Pasien biasanya diterapi dua atau tiga kali seminggu sampai gejala psoriasisnya menghilang. Periode interval 48 jam antar terapi diperlukan karena luka bakar akibat terapi PUVA baru muncul setelah periode waktu yang lama.
Sesudah psoriasis menghilang, pasien memulai program pemeliharaan. Setelah penyakit tidak aktif, terapi yang tidak begitu intensif perlu diteruskan untuk menjaga agar penyakit tersebut tetap terkendali.
Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang menyeluruh. Terapi ini di kombinasikan dengan terapi topikal ter batubara (terapi Goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi PUVA.