Penyakit yang dikenal sebagai serum sicknees merupakan contoh hipersensitifitas tipe III kompleks imun. Biasanya serum sickness terjadi setelah pemberian antiserum dari sumber binatang untuk pengobatan atau pencegahan penyakit menular seperti tetanus, pneumonia, rabies, difteri, botulisme dan gigitan ular berbisa serta black widow spider.
Jangan Lewatkan:
Dengan ditemukannya serum antitetanus manusia (human antitetanus serum) dan antibiotic, penyakit serum sickness yang klasik sudah jauh lebih jarang dijumpai saat ini bila dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
Namun demikian, berbagai obat (tertutama penisislin) dapat menyebabkan reaksi yang mirip serum sickness dan serupa dengan yang disebabkan oleh serum asing.
Gejalanya disebabkan oleh reaksi dan serangan imunologi terhadap serum atau obat. Antibody yang terbentuk tampaknya merupakan kelompok IgE dan IgM.
Manifestasi dini yang dimulai 6 minggu hingga 10 hari sesudah pemberian obat mencakup reaksi inflamasi pada tempat suntikan yang diikuti oleh limfadenopati regional dan generalisata.
Biasanya terjadi ruam kulit yang bisa bersifat urtikaria atau purpura, dan persendian sering terasa nyeri ketika ditekan serta membengkak.
Vaskulitis dapat terjadi pada setiap organ kendati lebih sering terlihat pada ginjal yang mengakibatkan proteinuria serta kadang-kadang sedimen dalam urin.
Mungkin terdapat kelainan jantung yang ringan hingga berat. Neuritis perifer dapat menyebabkan paralisis temporer pada ekstremitas bawah atau mungkin menyebar luas dan menimbulkan sindrom Guillain-Barre.
Perjalanan penyakit biasanya berlangsung beberapa hari hingga beberapa minggu jika tidak diobati, namun, pasien akan menunjukkan reaksi yang segera dan lengkap bila diobati dengan antihistamin dan kortekosteroid.
Terapi yang agresif, termasuk dukungan ventilasi, mungkin diperlukan bila terjadi neuritis perifer dan sindrom Guillain-Barre.