Kebanyakan wanita yang datang ke poliklinik mengeluhkan adanya gangguan-gangguan seputar alat reproduksinya. Gangguan yang tersering yang dialami oleh wanita adalah gangguan masalah menometrorhagia.
Jangan Lewatkan:
Menometroragia adalah suatu penyakit yang sering ditemukan pada wanita-wanita usia subur dan menjelang menopause. Menometrorhagia ini bisa disebabkan oleh penyebab organik yaitu adanya kelainan pada alat reproduksi.
Selain itu juga disebabkan oleh perdarahan disfungsional mengingat akibat perdarahan ini sangat bisa membahayakan bagi nyawa pasien, maka diperlukan penanganan dan pengobatan yang cepat dan tepat agar tidak lebih membahayakan bagi pasien.
Penyebab Menometroragia
Menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional. Biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron akibat dari :
a. Endokrin
Gangguan pada sistem hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan endometrium.
b. Non Endokrin
Psikogenik, neurogenik, nutrisi yang kurang dan penyakit sistemik.
Penyebab Kelainan Organik
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada :
- Serviks uteri.
- Korpus uteri.
- Tuba falopii d. Ovarium.
Penyebab Kelainan Fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause.
Perdarahan disfungsional dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
1. Perdarahan ovulatoar
Gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromukular, vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti.
2. Perdarahan anovulatoar
Gangguannya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen di bawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula -mula proliferatif dapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium, dan sebagainya. Akan tetapi terdapat banyak wanita dengan perdarahan disfungional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut diatas.
Dalam hal ini stress yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, kejadian-kejadian yang menggangu keseimbangan emosional dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar. Biasanya dalam perdarahan ini hanya untuk sementara waktu saja.
Diagnosis
Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenorea/amenore, sifat perdarahan (banyak atau sedikit- sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, lama atau tidak, dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun, dan lain-lain.
Kecurigaan terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang bersangkutan. Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah ada kelainan-kelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal. Dapat dilakukan kerokan untuk pembuatan diagnosis.
Pada wanita berumur 20 – 40 tahun kemungkinan besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan sebagainya. Kerokan diadakan setelah diketahui benar bahwa tindakan tersebut tidak menggangu kehamilan. Pada wanita pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan ialah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas.
Pemeriksaan fisik
- Umum
Adanya tanda-tanda penyakit metabolik, endokrin, gangguan hemolisis, penyakit menahun dll.
- Ginekologi
Pada wanita usia pubertas, tidak diperlukan hapusan namun pada wanita usia premenopause perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya keganasan.
- Penunjang
Kelainan organik yang kecil pada genetalia interna sering kali sulit dinilai apalagi pada wanita Virgin, sehingga dianjurkan pemeriksaan biopsi endometrium, lab darah dan fungsi hemostatis, USG, radic imun assay. Dll.
Penanganan
Tujuan penanganan adalah :
- Menghentikan perdarahan.
- Memulihkan pola haid ovulatoar.
- Mencegah akibat jangka panjang dari keadaan anovulasi.
Prinsip
- Singkirkan dulu kelainan organik.
- Bila terjadi perdarahan banyak atau KU jelek atau Anemis, segera hentikan perdarahan dengan injeksi estrogen atau progesteron kemudian transfusi.
- Perdarahan yang tidak mengganggu KU, terapi cukup dengan estrogen atau progesteron oral saja.
- Terapi lain, antifibrinolitik atau anti prostaglandin.
- Setelah perdarahan berhenti atau gangguan haid teratasi selanjutnya atur siklus haid selama 3 bulan berturut–turut.
- Setelah 3 bulan pengaturan siklus haid, keadaan kembali lagi seperti semula, cari penyebab lain (analisa hormon).
Pengobatan pada siklus anovulatorik
Tujuan pengobatan untuk menghentikan perdarahan dan mengembalikan siklus haid sampai terjadi ovulasi atau sampai hormon-hormon untuk memicu ovulasi terpenuhi.
Obat yang diberikan :
a. Estrogen dosis tinggi
- Estradiol diprolionas 2,5 mg.
- Estradiol benzoas 1,5 mg.
- Pil kombinasi 2 x 1 tablet selama 3 hari.
- 1 x 1 tablet selama 21 hari.
b. Progesteron
- MPA 10 – 20 mg / hari selama 7 – 10 hari.
- Linestrenol 5 mg.
Pengobatan pada Menometroragia berat
Beri estrogen konjugasi dosis tinggi untuk merangsang terbentuknya lapisan mukopolisakarida pada dinding kapiler dan arteriola sehingga luka pada pembuluh darah tertutup.
Dosis :
25 mg IV / 3-4 jam. Maksimal 4 kali suntikan.
Pengobatan operatif
Terapi ini bertujuan menghentikan perdarahan, dengan angka keberhasilan 40 % – 60 %.
Pengobatan lain
Pengobatan yang lainnya dengan pemberian anti fibrinolitik. Aktivitas fibrinolitik di uterus tinggi karena akibat enzimatik plasmin atau plasminogen yang menyebabkan degradasi fibrin, fibrinogen. Proses seperti urakinase, tripsin, dan streptokinase. Dapat dihambat oleh asam amino keproat dan AS traneksamat dosis 4 gr / hari (4 kali pemberian).
Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak, dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi tranfusi darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid.
Dapat diberikan :
a. Estrogen
Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahannya berhenti. Dapat diberikan secara intra muskulus dipropionas estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg. Keberatan terapi ini adalah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
b. Progesteron
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron 125 mg, secara intramuskulus, atau dapat diberikan per os sehari norethindrone 15 mg atau asetas medroksi- progesterone (provera) 10 mg, yang dapat diulangi. Terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.
Terapi
Terapi yang paling baik adalah dilatasi dan kerokan,tindakan ini penting, baik untuk terapi maupun untuk diagnosis. Dengan terapi ini banyak kasus perdarahan tidak terulang lagi. Apabila ada penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, dan lain-lain yang menjadi sebab perdarahan, tentulah penyakit ini harus ditangani.
Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi, dapat diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat karena sebagian besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrinisme. Pemberian progesteron saja berguna apabila produksi estrogen secara endogen cukup. Dalam hubungan dengan hal-hal tersebut diatas pemberian esterogen dan progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan, untuk keperluan ini pil-pil kontrasepsi dapat digunakan.
Terapi dapat dilakukan mulai hari ke 5 perdarahan terus untuk 21 hari dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke 21 siklus haid. Androgen dapat berguna pula dalam terapi teradap perdarahan disfungsional yang berulang. Terapi per os umumnya lebih dianjurkan daripada terapi dengan suntikan. Dapat diberikan metiltestosteron 5 mg sehari, dalil dalam terapi dengan androgen ialah pemberian dosis yang sekecil-kecilnya dan sependek mungkin.
Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan disfungsional terus menerus walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali dan yang sudah mempunyai anak cukup ialah histerektomi.