Abses otak (Brain Abcess) yang juga dikenal sebagai abses serebral, adalah kondisi medis yang secara umum ditandai dengan demam, nyeri kepala, dan defisit neurologi fokal.
Jangan Lewatkan:
Abses Otak merupakan sekumpulan pus yang bebas maupun terenkapsulasi (terkumpul) yang biasanya muncul di lobus temporal, serebelum, atau lobus frontal. Abses otak ini ukurannya bervariasi dan bisa muncul sebagai abses tunggal maupun multilokular.
Abses otak relatif tidak sering terjadi. Penyakit ini bisa diderita oleh orang usia berapapun, namun paling sering adalah orang berusia 10 sampai 35 tahun, dan jarang diderita orang yang berusia jauh dari itu.
Abses otak yang tidak ditangani bisa berakibat fatal dan jika ditangani prognosisnya cukup baik. Sekitar 30% pasien mengalami kejang otot fokal. Abses metastatik multipel yang mengikuti infeksi sistemik atau infeksi lainnya berprognosis paling buruk.
Biasanya abses otak berasal dari nekrosis inflamatorik dan edema setempat, trombosis septik pembuluh dan ensefalitis supuratif kemudian diikuti dengan enkapsulasi tebal yang berisi kumpulan pus dan infiltrasi meningeal yang berdekatan oleh neutrofil, limfosit dan sel plasma. Kenaikan tekanan dalam otak menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
Penyebab Abses Otak (Brain Abcess)
- Bakteremia.
- Endokarditis bakterial.
- Trauma kranial, misal luka yang menembus kepala atau fraktur tengkorak gabungan; trauma yang menembus kepala atau bakteremia biasanya menyebabkan infeksi stafilokal; penyakit pulmoner sampai infeksi streptolokal.
- Infeksi virus imunodefisiensi manusia.
- Muncul sekitar 2% anak-anak yang menderita penyakit jantung kongenital, kemungkinan karena otak hipoksik merupakan medium kultur yang baik untuk bakteri (umumnya bakteri piogenik, misalnya staphylococcus aureus dan streptococcus viridans).
- Infeksi pelvis, abdominal dan kulit.
- Infeksi pulmoner atau pleural.
- Empiema subdural.
- Biasanya infeksi lain terutama otitis media, sinusitis, abses dental dan mastoiditis.
Tanda dan Gejala Abses Otak (Brain Abcess)
- Tanda dan gejala awal yang khas dari infeksi bakteri, antara lain sakit kepala, menggigil, demam, tidak enak badan, konfusi dan mengantuk, disertai sawan, otot melemah, dan parestesia.
- Jumlah sel darah putih bertambah banyak disertai diferensial yang mengindikasi infeksi.
- Saat lesi membesar, pasien menunjukkan gejala yang mirip dengan tumor otak yang berkaitan dengan gangguan fungsi dalam lobus yang diserang.
- Ciri khas yang lain berbeda menurut tempat munculnya abses meliputi : abses lobus temporal (disfasia auditorik-reseptif, pelemahan fasial pusat, hemiparesis), abses serebelar (pusing, nistagmus kasar, pandangan melemah disisi lesi, tremar, ataksia), Abses lobus frontal (disfasia yang terlihat jelas, hemiparesis disertai sawan motorik unilateral, mengantuk, kurang perhatian, kerusakan fungsi mental dan sawan).
Uji Diagnostik
- CT Scan dan kadang-kadang, arteriografi (yang menyoroti abses dengan halo) membantu menemukan lokasi abses.
- Pemeriksaan cairan serebrospinal membantu memastikan infeksi, namun pungsi lumbar terlalu beresiko karena bisa memperlihatkan kenaikan tekanan intrakranial dan memicu herniasi serebral.
- Biopsi stereotaktis yang dipandu CT bisa dilakukan untuk mengalirkan dan mengkulturkan abses.
- Kultur dan sensitivitas drainase mengidentifikasi organisme penyebab abses.
- Sinar-X tengkorak dan scan radioisotop bisa menunjukkan abses.
Tindakan Penanganan
- Pemberian antibiotik resistan-penisilin, misal nafcillin selama setidaknya 2 minggu sebelum operasi bisa melawan infeksi penyebab abses dan mengurangi resiko menyebarnya infeksi.
- Aspirasi dan drainase abses dengan operasi dilakukan atau ditunda sampai abses terenkapsulasi dan memiliki kontraindikasi dengan pasien yang juga menderita penyakit jantung lain atau kondisi kardiak lain yang membuat lemah.
- Penanganan lain selama fase akut bisa meringankan penyakit dan mendukung kesembuhan. Penanganan ini meliputi ventilasi mekanis dan pemberian cairan I.V.dengan diuretik (urea, mannitol) dan glukokortikoid (dexamethasone) untuk melawan kenaikan ICP dan edema serebral.
- Antikonvulsan, seperti phenytoin atau phenobarbital bisa membantu mencegah kejang otot.