Banyak factor yang berpengaruh dan mendukung gaya hidup keluarga, mannifestasi dari gaya hidup keluarga berbentuk segala perilaku keluarga tersebut, dan merupakan bagian dari budaya masyarakatnya. Perilaku tampak pada kegiatan keluarga yang mempunyai tiga unsure utama yang mempengaruhinya:
Jangan Lewatkan:
1. Lingkungan hidup
2. Berbagai kebutuhan keluarga, dan
3. Sumber daya keluarga.
Interaksi ketiga unsure tersebut menghasilkan kegiatan keluarga, yang mencerminkan gaya hidup keluarga tersebut.
Gaya hidup merupakan bagian dari manifestasinya budaya, dan budaya merupakan hasil belajar dan pengalaman sejak lahir sampai meninggal dunia.
Hasil budaya ini juga diteruskan sebagai pendidikan dari orang tua kepada anak dan terus ke para anggota generasi yang lebih muda dan yang akan datang.
Karena itu budaya keluarga mengandung unsure budaya masyarakatnya dan budaya keluarga diteruskan kepada budaya perorangan anggota keluarga tersebut.
Meskipun secara makro budaya masyarakat, keluarga dan perorangan anggota keluarga itu merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, tetapi terdapat perbedaan-perbedaan kecil antara ketiganya, sehingga terdapat variasi individual. Tidak ada dua orang ataupun dua keluarga yang menunjukkan perilaku yang identik.
Pengubahan gaya hidup sangat sulit bila tidak dilakukan sekaligus pada ketiga tingkatnya, yaitu pada tingkat masyarakat, keluarga dan perorangan.
Bila seseorang hendak diubah gaya hidupnya, ia akan menerima perubahan itu lebih cepat, bila dipisahkan dari keluarga dan masyarakatnya, dan dipindahkan ke dalam keluarga atau masyarakat yang gaya hidupnya akan diambil atau ditiru.
Kondisi lingkungan mempengaruhi kebutuhan dan sumber daya keluarga, dan kebutuhan dan sumber daya keluarga berinteraksi dengan kegiatan keluarga.
Antara ketiga factor ini selalu berusaha mencapai suatu keseimbangan atau keselarasan. Bila keseimbangan tersebut tercapai, maka keluarga merasa tentram, sedangkan bila tidak ada keseimbangan atau keselarasan akan timbul keresahan atau ketidak puasan antara para anggota keluarga tersebut.
Bila lingkungan merangsang untuk meningkatkan kebutuhan keluarga, maka kebutuhan ini merangsang kegiatan keluarga, sehingga kegiatan akan meningkat untuk meningkatkan sumber daya keluarga , untuk dapat memenuhi peningkatan kebutuhan diatas.
Demikian pula bila lingkungan merangsang peningkatan sumber daya, maka pada gilirannya sumber daya ini merangsang peningkatan kebutuhan, sehingga kegiatan meningkat pula untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Jenis kegiatan keluarga, kebutuhan dan sumber daya dikendalikan dalam batas-batas gaya hidup keluarga tersebut. Keluarga saleh yang mendadak mendapat uang banyak, mungkin sekali tidak akan memikirkan untuk berkeliling dunia dahulu, tetapi akan mendahulukan naik haji, karena hal itu sesuai dengan corak gaya hidupnya.
Keseimbangan yang dicapai oleh kebutuhan, sumber daya dan kegiatan keluarga merupakan keseimbangan dinamis. Setiap kali ada perubahan pada salah satu komponen, menimbulkan perubahan pada komponen lainnya sehingga setelah beberapa waktu tercapai lagi keseimbangan, baik pada tingkat yang lebih tinggi maupun pada tingkat yang lebih rendah.
Tentu yang diharapkan adalah adanya keseimbangan yang selalu menjadi lebih tinggi, tetapi kadang-kadang keluarga harus menerima keseimbangan pada kondisi yang lebih rendah.
Misalnya kepala keluarga yang menjadi pencari nafkah dipensiun, sehingga penghasilannya menyusut. Pada mulanya mungkin diadakan upaya untuk mengisi kekurangan sumber daya tersebut, tetapi bila ini tidak berhasil, maka keluarga akan berusaha untuk menurunkan kebutuhannya pada tingkat yang lebih rendah, sehingga sumber daya yang menyusut itu sanggup kembali membiayai kebutuhan yang lebih rendah.