Sikap Dan Upaya Bidan Menghadapi Retensio Plasenta

https://www.ilmukesehatan.comRetensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta berulang (habitual retensio plasenta).

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma.


Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu diperhatikan tehniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi dinding uterus, bahaya infeksi, dan dapat terjadi inversion uteri.

 
BACA JUGA:  Mengenal Komplikasi Solusio Plasenta

Bagaimana bidan menghadapi retensio plasenta? Bidan sebagai tenaga terlatih dilini terdepan system pelayanan kesehatan dapat mengambil sikap dalam menghadapi “Retensio Plasenta” sebagai berikut:

Sikap umum bidan

1. Memperhatikan keadaan umum penderita

a. Apakah anemis

b. Bagaimana jumlah perdarahannya

c. Keadaan umum penderita: tekanan darah, nadi, dan suhu

d. Keadaan fundus uteri: kontraksi dan tinggi fundus uteri.

2. Mengetahui keadaan plasenta

a.  Apakah plasenta inkarserata

BACA JUGA:  Masa Puerperium dan Perubahan Patrum yang Abnormal

b. Melakukan tes plasenta lepas: metode kusnert, metode Klein, Metode Strassman, Metode Manuaba.

3. Memasang Infus dan Memberikan cairan pengganti.

Sikap khusus bidan

1. Retensio Plasenta dengan perdarahan

a. Langsung melakukan plasenta manual

2. Retensio Plasenta tanpa perdarahan.

a. Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera memasang infuse dan memasang cairan.

b. Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup, untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik.

c. Memberikan transfuse

d. Proteksi dengan antibiotika.

BACA JUGA:  Cara Menangani Kelemahan HIS Dalam Persalinan

e. Mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis dalam keadaan pengaruh narkosa.

Upaya preventif Retensio Plasenta oleh Bidan.

1. Meningkatkan penerimaan keluarga berencana, sehingga memperkecil terjadinya retensio Plasenta.

2. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih.

3. Pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan untuk melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses persalinan plasenta. Masase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu pelepasan plasenta.