Profilaksis setelah eksposisi perkutan pada darah yang terinfeksi HIV dapat dilakukan dengan terapi kombinasi dari AZT 2 x 300 mg + lamivudin 2 x 150 mg + indinavir 3 x 800 mg a.c (atau saquinavir 3 x 600 mg d.c) selama 4 minggu.
Jangan Lewatkan:
Misalnya secar tidak sengaja tertusuk jarum yang telah digunakan pasien AIDS. Terapi harus dimulai sedini mungkin dan selambat-lambatnya 72 jam setelah infeksi, efektifitasnya kurang lebih 80%. Cara ini dikenal sebagai post exposition Profylaxis (PEP).
Profilaksis penularan ibu ke bayi.
“Transmisi vertical” dari ibu ke bayi terutama terjadi dalam trimester ketiga dari kehamilan dan selama persalinan, tergantung dari pada banyaknya virus dalam darah ibu.
Disamping itu juga melalui ASI, maka bayi yang dilahirkan oleh ibu seropositif perlu diberikan susu botol. Dengan terapi HAART pada wanita HIV positif yang hamil, tidak peduli banyaknya viral load dan jumlah sel CD4+, infeksi pada bayi dapat diturunkan dari 30% lebih sampai 1-2%. Bedah Caesar hanya menurunkan angka ini sampai Kurang Lebih 15%.
Dewasa ini (2005) terapi kombinasi digunakan sebagai penanganan utama diseluruh dunia. Tujuannya adalah untuk menekan replikasi virus selama mungkin dan demikianlah mencegah perkembangan AIDS.
Efek sampingnya dapat berupa supresi sumsum tulang dengan anemia dan gangguan sel-sel darah, neuropati dan pancreatitis.
Juga mual, muntah, anoreksia, eksantema, gangguan citra rasa, sukar tidur dan pikiran kalut. Disamping itu pada jangka panjang terjadi lipodystrofia dari muka, lengan, tungkai dan bokong.
Akibat pembagian lemak yang berubah pasien menjadi kurus ditempat-tempat tersebut dan lemak menumpuk ditengkuk (buffalo hump), perut, mammae atau dibagian-bagian lain. Dengan demikian bentuk tubuh pasien sangat berubah yang dialaminya sebagai sesuatu yang sangat tidak nyaman.