Sekitar akhir abad XIX, ketika mulai dipergunakan bahan pakan murni dalam percobaan-percobaan binatang, disangka bahwa susunan makanan sudah cukup kalau terdiri atas karbohidrat, lemak, protein dan mineral.
Jangan Lewatkan:
Ternyata bahwa dengan susunan makanan demikian, binatang percobaan tidak menunjukkan kesehatan dan pertumbuhan badan yang memuaskan.
Didalam susunan makanan diatas, masih diperlukan zat gizi lain yang pada saat itu masih belum diketahui ujudnya. Dalam penelitian penyakit beri-beri di antara para tahanan dan hukuman di Indonesia pada permulaan abad XX, EIJKMAN dan rekan-rekannya menemukan adanya zat yang diperlukan ini, yang kemudian diberi nama VITAMINE oleh VLADIMIR FUNK, karena disangka suatu ikatan organic amine, oleh adanya unsure N dan telah dikenalnya asam amino pada saat itu. Zat vitamin ini diperlukan untuk kehidupan (vita), sehingga diberi nama vitamine.
Kemudian ternyata bahwa zat esensial ini bukan suatu amine dan tidak selamanya mengandung unsure Nitrogen (N). karena itu nama vitamine banyak yang menentangnya, sehingga diubah menjadi VITAMIN, dengan dibuang huruf e-nya. Mengganti sama sekali dengan nama lain agak sulit, karena nama itu telah memasyarakat dikalangan para ilmuan.
Defenisi vitamin ini mula-mula dianggap mudah, dan diformulasikan sebagai “suatu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah-jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar, karena tidak dapat disintesa di dalam tubuh”.
Didalam defenisi ini tersirat:
1. Diperlukan tubuh dalam jumlah-jumlah kecil dan
2. Harus dating dari luar tubuh, karena tidak dapat disintesa didalam tubuh sendiri.
Dengan semakin mendalamnya pengetahuan tentang vitamin, terdapat hal-hal yang tidak sepenuhnya sesuai dengan defenisi seperti tersebut diatas.
Pernyataan jumlah sedikit, ternyata sangat relative, karena ada vitamin yang diperlukan hanya dalam jumlah microgram, tetapi adapula yang dalam jumlah milligram.
Juga tentang tidak dapat disintesa didalam tubuh, ternyata tidak selalu benar. Ada beberapa vitamin yang dapat dibuat didalam tubuh, dari zat pendahulu yang disebut precursor atau provitamin. Kesanggupan berbagai spesies binatang untuk mensintesa vitamin juga berbeda-beda.
Defenisi yang tercantum diatas masih tetap dipergunakan, tetapi patut diperhatikan bahwa perumusan itu tidaklah tepat benar, hanya merupakan suatu garis besar saja.