Ada dua jenis penyakit gizi yang bersangkutan dengan protein:
Jangan Lewatkan:
1. Berdasarkan defisiensi protein,dan
2. Berdasarkan kelainan sintesa serta metabolisme protein.
Defisiensi protein hampir selalu,atau praktis selalu bergandengan dengan defisiensi kalori. Asosiasi kedua penyakit ini dapat difahami melalui berbagai hubungan antara protein dan energy (kalori).
Hubungan metabolisme terdapat antara energy dan protein, yaitu bahwa protein merupakan salah satu penghasil utama energi. Jadi bila energy kurang cukup didalam hidangan, maka protein lebih banyak yang dikatabolisma menjadi energy. Ini berarti semakin kurang protein yang tersedia untuk keperluan lain, termasuk untuk sintesa protein tubuh.
Hubungan lain melalui bahan makanannya. Di Indonesia, baik energy maupun protein sebagian besar diberikan oleh bahan makanan pokok, dalam hal ini ialah beras. Beras memberikan 70-90% kalori maupun protein, jadi bila konsumsi protein (nasi) tidak mencukupi, maka akan terjadi defisiensi energy maupun protein.
Tetapi adakalanya defesiensi tejadi secara ekstrim, sehingga penyakit menjadi gejala-gejala yang dapat dikatakan khusus karena kurang kalori. Gambaran defisiensi kalori secara ekstrim disebut marasmus.
Sebaliknya dapat pula terjadi defisiensi protein secara ekstrim dengan kalori yang relative mencukupi. Dalam hal ini akan terjadi penyakit dengan gambaran klinik yang disebut kwashiorkor.
Pada marasmus penderita sangat kurus, sesuai dengan sebutan tinggal tulang dan kulit. berat badan penderita mencapai kurang dari 60% berat badan standar bagi anak-anak sehat yang seumur.
Dibawah kulit tidak terasa adanya lapisan lemak (paniculus adiposus), bila kulit tersebut dijepit diantara jari sehingga membentuk lipatan. Kulit tampak berlipat-lipat didaerah pantat seperti kain yang diwiron, atau sepertinya kulit tersebut kedodoran terlalu lebar bagi tubuh yang kurus tersebut.
Lipatan-lipatan kulit terdapat pula dibagian muka, sehingga muka anak menyerupai muka seorang tua yang sudah keriput (oldman’s face) atau dipersamakan pula dengan muka anak monyet yang baru lahir (monkey’s face).
Pada penderita marasmus biasanya tidak ada pembesaran hati (hepatomegalia) dan kadar lemak serta cholesterol didalam darah menurun. Suhu badan juga lebih rendah dari suhu anak sehat, dan anak tergeletak in-aktip, tidak ada perhatian bagi keadaan sekitarnya.