Penyakit Paru-paru Tuberkulosis pada Anak

Penyakit Paru-paru Tuberkulosis pada AnakTuberkulosis (TB atau disingkat TB), sebelumnya dikenal sebagai penyakit paru-paru adalah infeksi bakteri menular yang terutama melibatkan paru-paru, tetapi dapat menyebar ke organ lain. Spesies yang paling penting dan bakteri yang menyebabkan tuberkulosis perwakilan adalah Mycobacterium tuberculosis atau Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium tuberculosis.

TB mungkin adalah penyakit menular yang paling umum di dunia. Lain mikobakteri seperti Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum, Mycobacterium canettii dan Mycobacterium microti juga dapat menyebabkan tuberkulosis, tetapi spesies ini biasanya tidak berfirus ke individu.


Meskipun TBC adalah penyakit dominan dari paru-paru, juga dapat mempengaruhi sistem saraf pusat , sistem limfatik, sistem peredaran darah, sistem urogenital, saluran pencernaan, tulang, sendi dan bahkan kulit.

 

Baik tuberkulosis pada anak maupun orang dewasa disebabkan oleh bakteri yang sama. Namun, karena gejala dan mekanisme TB pada keduanya berbeda, maka perlu penanganan khusus untuk TB pada anak.

Berbeda dengan TB pada dewasa, TB pada anak tidak menular. Bakteri TB pada anak berkembang di dalam kelenjar paru atau tidak terbuka. Pada orang dewasa, bakteri berkembang di dalam paru-paru. Bakteri lalu membuat lubang untuk keluar melalui saluran nafas sehingga dapat menyebar ke orang lain, termasuk anak-anak.
Gejala TB anak

BACA JUGA:  Gejala dan Pencegahan Radang Telinga Tengah

Berbeda dengan TB pada orang dewasa, gejala TB pada anak tidak khas dan dapat disebabkan oleh penyakit lain.

Beberapa gejala TB anak antara lain adalah:
1. Demam lebih dari dua minggu
2. Batuk lebih dari tiga minggu
3. Anak lesu dan tidak seaktif biasanya
4. Nafsu makan menurun
5. Berat badan tidak naik selama dua bulan
6. Benjolan yang teraba di leher, yang merupakan pembesaran kelenjar limfa.

Gejala-gejala di atas tidak hanya disebabkan oleh TB dan tidak semua gejala selalu hadir dengan jelas.
Diagnosis

Diagnosis TB pada anak berbeda dengan pada orang dewasa. Diagnosis TB dewasa lebih mudah sebab ada pemeriksaan baku emasnya (gold standard) yang obyektif yaitu menemukan bakteri TB pada pemeriksaan dahak (Bakteri Tahan Asam/BTA positif pada sputum). Namun pada anak, pemeriksaan dahak tidak akurat karena sering memberikan hasil negatif palsu (false negative). TB anak jarang disertai dengan batuk berdahak sehingga bakteri TB dalam dahak anak terlalu sedikit.

BACA JUGA:  Mengetahui Tanda Kelebihan Makan

Pemeriksaan penunjang utama TB anak adalah:
1. Tes tuberkulin (mantoux). Tes mantoux adalah tes kulit yang dilakukan dengan menyuntikkan ekstrak basil tuberkulosis secara intradermal (ke dalam kulit) dan diperiksa 2 sampai 3 hari kemudian. Anak yang sebelumnya telah terinfeksi bakteri akan menampilkan respon kekebalan di daerah kulit yang mengandung protein bakteri. Hasil positif (area mengeras menonjol) menunjukkan infeksi TB.

2. Rontgen dada. Rontgen dada dilakukan untuk menilai adanya kelainan pada paru. Pemeriksaan rontgen dada dapat membantu diagnosis tetapi tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya alat diagnosis.

Pemeriksaan penunjang medis lain seperti laju endap darah, limfositosis, dan serologi mungkin juga diperlukan dalam kasus-kasus yang meragukan.

Diagnosis TB anak memang tidak semudah diagnosis TB dewasa. Padahal, kesalahan diagnosis akan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit karena pengobatan TB membutuhkan waktu 6 sampai 12 bulan. Semakin banyak pemeriksaan yang dilakukan dan menunjukkan hasil positif, semakin kecil kemungkinan terjadinya kesalahan diagnosis.
Pengobatan

BACA JUGA:  Penyakit Menular

Pengobatan untuk TB anak sama dengan untuk TB dewasa, hanya dosis dan pemberiannya yang berbeda. Lima obat anti TB (OAT) lini pertama adalah: Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, Ethambutol dan Streptomicin. Obat-obatan tersebut digunakan pada anak dengan penyakit TB aktif yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya. Semua obat TB lain adalah obat “lini kedua” atau obat TB cadangan yang digunakan bila telah terjadi resistensi obat.

Untuk pasien TB anak baru, World Health Organisation (WHO) merekomendasikan pengobatan TB selama 6 bulan, yang terdiri dari dua bulan pengobatan intensif dengan Isoniazid plus Rifampisin dan Pyrazinamide, lalu diikuti dengan empat bulan pengobatan lanjutan berupa kombinasi Isoniazid  plus Rifampicin.

Pasien harus menyelesaikan dosis semua obat itu secara lengkap. Bila hanya salah satu obat yang diambil atau putus obat di tengah jalan maka pasien akan segera menjadi resisten obat dan pengobatan selanjutnya menjadi sulit dan mahal.
Pencegahan

TB anak paling efektif dicegah dengan vaksinasi BCG. Vaksin itu dibuat dari Mycobacterium bovis yang dilemahkan dengan dikulturkan.