Faktor Resiko dan Gejala Kanker Leher Rahim

Mencegah Kanker Leher RahimKanker leher rahim atau yang lebih dikenal dengan nama kanker serviks merupakan penyakit nomor satu yang membunuh kaum wanita di Indonesia. Disusul kemudian kasus kanker payudara dan kanker paru.

Kanker leher rahim ( kanker serviks ) adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik yang menyerang leher rahim. Ketika terkena HPV, sistem imun tubuh biasanya mencegah virus tersebut berkembang di dalam tubuh.


Pada kasus kanker rahim, virus HPV bertahan hidup di dalam tubuh selama bertahun-tahun dan mengubah beberapa sel pada permukaan leher rahim menjadi sel kanker. Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe yang sebagian besar di antaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya.

 

Namun, selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel yang tidak normal pada leher rahim juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup lama.

Salah satu penyebab hilangnya nyawa manusia dengan mudah itu karena informasi yang berkaitan dengan kanker serviks belum dapat menjangkau seluruh masyarakat, terutama wanita. Padahal, semua wanita berisiko terkena kanker yang menyerang organ utama mereka.

BACA JUGA:  Penyakit Impetigo dan Pengobatannya

Menyadari pentingnya pengetahuan mengenai penyakit ini, maka sudah seharusnya kaum wanita meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan kanker serviks.

Mengenali Faktor Resiko dan Gejala-Gejala Kanker Leher Rahim

Seperti jenis kanker yang lain, penyebab kanker rahim belum dapat diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor resiko yang memungkinkan seorang wanita terserang penyakit ini, antara lain :

  • Wanita di atas usia 50 tahun.
  • Melakukan hubungan seks di bawah usia 20 tahun.
  • Penderita Endometrial hyperplasia. Endometrial hyperplasia merupakan suatu peningkatan dalam jumlah sel-sel lapisan rahim/uterus. Itu bukan kanker. Namun, terkadang itu dapat berkembang menjadi kanker. Periode-periode menstruasi yang berat, perdarahan diantara periode-periode dan setelah menopause adalah gejala-gejala umum dari hyperplasia.
  • Terapi sulih hormon/HRT (Hormone replacement therapy). Terapi ini, digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause, mencegah osteoporosis/pengeroposan tulang, dan mencegah resiko penyakit jantung dan stroke. Wanita  yang menggunakan hormon estrogen tanpa progesterone mempunyai suatu peningkatan resiko kanker kandungan, terutama bagi yang menggunakannya dengan dosis tinggi dalam jangka panjang.
  • Kelebihan berat badan. Sebagian estrogen dalam tubuh dibuat di dalam jaringan lemak sehingga wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita obesitas.
  • Pemakaian tamoksifen. Tamoksifen biasanya digunakan untuk mencegah atau mengatasi kanker payudara. Wanita yang menggunakan obat ini, mempunyai resiko yang lebih besar untuk terserang kanker rahim. Tamoksifen memiliki efek antiestrogen pada sel kanker payudara tetapi berefek estrogenik pada rahim sehingga penggunaan obat ini, menjadi salah satu faktor resiko bagi seorang wanita terserang kanker rahim.
  • Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita berkulit putih.
  • Menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun.
  • Menopause setelah usia 50 tahun.
  • Tidak memiliki anak atau tidak bisa hami (mandul).
  • Adanya polip pada endometrium.
BACA JUGA:  Miscellaneous Disorders

Sedangkan gejala-gejala kanker rahim yang sering ditemui sebelum terserang adalah perdarahan di luar masa haid yang berlebihan, siklus menstruasi yang abnormal, nyeri perut bagian bawah atau kram panggul, keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause), nyeri atau kesulitan saat berkemih, juga timbulnya nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

Pencegahan Kanker Leher Rahim

Langkah terbaik yang bisa dilakukan agar tidak terserang kanker rahim adalah dengan melakukan langkah-langkah pencegahan berikut ini :

  • Jangan terlalu sering mencuci vagina dengan antiseptik.
  • Jangan menaburkan bedak pada vagina.
  • Jauhi rokok dan orang yang merokok.
  • Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung lemak secara berlebihan. Sebagian estrogen dalam tubuh dibuat dalam jaringan lemak. Estrogen merupakan salah satu faktor yang diyakini oleh para ahli sebagai pemicu kanker rahim.
  • Menghindari makanan yang mengandung karsinogen (zat pemicu kanker) seperti yang banyak mengandung pengawet.
  • Konsumsi makanan/minuman/buah yang mengandung betakaroten dan antioksidan. Karena kekurangan zat tersebut dapat memicu timbulnya kanker.
  • Tidak melakukan hubungan seks di bawah usia 20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan ketika sel-sel mukosa sudah matang. Pada usia muda, sel–sel mukosa umumnya belum matang sehingga rentan terhadap rangsangan dari luar, termasuk zat-zat kimia yang di bawa oleh sperma. Akibatnya, sel mukosa dapat berubah sifat menjadi kanker.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Memeriksakan diri ke dokter secara teratur.
BACA JUGA:  Seputar Tentang Penyakit Kista

Jika langkah-langkah pencegahan di atas sudah dilakukan, kemungkinan besar hal-hal yang dapat menjadi pemicu dapat dihindari dan tubuh akan mampu mencegah munculnya radikal bebas dalam tubuh.